![]() |
PM Inggris Keir Starmer. (wikipedia.org) |
Inggris dilaporkan sedang meninjau ulang rencana pengiriman ribuan pasukan ke Ukraina, sebuah gagasan yang awalnya kuat didukung oleh Prancis. Menurut laporan Times yang dikutip Kyiv Independent pada Kamis, risiko operasi dinilai terlalu besar.
Rencana awal melibatkan pengerahan pasukan untuk melindungi kota-kota, pelabuhan, dan fasilitas nuklir di Ukraina. Namun, kini dipertimbangkan pendekatan lebih terbatas dan strategis.
Seorang sumber yang terlibat dalam diskusi menyebutkan bahwa kapasitas pasukan yang tersedia tidak memadai untuk misi skala besar tersebut. Inggris, kata sumber itu, sejak awal skeptis, sementara Prancis lebih agresif mendorong pendekatan kuat.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa alih-alih mengerahkan pasukan tempur, Inggris akan fokus membantu Ukraina dengan memperkuat dan melatih angkatan bersenjatanya.
Pelatih militer direncanakan ditempatkan di Ukraina bagian barat, jauh dari garis depan pertempuran. Tujuannya adalah mendukung stabilitas, tanpa terlibat langsung dalam pertahanan aktif.
Perubahan strategi ini juga mencakup pengiriman senjata, serta perlindungan udara dan maritim sebagai bagian dari dukungan berkelanjutan.
Sebelumnya, pada 15 Maret, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer sempat mengusulkan pengerahan 10.000 pasukan penjaga perdamaian dalam sebuah pertemuan virtual di London. Misi ini, menurut sumber senior pemerintah, akan melibatkan kontribusi dari berbagai negara dalam kerangka koalisi internasional.
Namun, kini baik Inggris maupun Prancis cenderung memilih pendekatan yang lebih berhati-hati. Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa pasukan yang dikirim tidak akan menggantikan peran militer Ukraina, melainkan bertindak sebagai efek jera terhadap Rusia.
Di sisi lain, program pelatihan Inggris, Operasi Interflex, diperkirakan akan berakhir tahun ini dan akan dipindahkan ke wilayah sekitar Lviv. Meskipun demikian, pejabat Ukraina tetap waspada, mengingat pengalaman penarikan pelatih Barat sebelum invasi Rusia pada 2022.
Sementara itu, upaya diplomatik Eropa dan Inggris untuk mendukung pembicaraan damai juga terus berjalan. Ada wacana mempertemukan Presiden Donald Trump dan Presiden Volodymyr Zelensky di Roma, dalam konteks upaya mendorong kesepakatan damai setelah pemakaman Paus.
Namun, tantangan tetap besar, terutama terkait tekanan agar Ukraina mempertimbangkan usulan damai Amerika Serikat, yang mencakup pengakuan atas aneksasi Krimea dan larangan Ukraina bergabung dengan NATO — dua syarat utama dari Moskow.
Di sisi lain, Rusia telah memperingatkan bahwa kehadiran militer asing di Ukraina akan dianggap sebagai ancaman serius dan berpotensi memicu bentrokan langsung.